Kamis, 30 Mei 2019

Kisah Pilu Khalifah Terakhir Daulah Abbasiyah

     Pada hari itu rombongan Khalifah al-Mu’tashim Billah keluar menemui pemimpin Mongol, Hulagu Khan, pimpinan Mongol yang kejam itu memerintahkan untuk menghabisi rombongan Bani Abbas.
     Putra-putra khalifah dibantai. Dan saudari-saudari perempuannya ditawan. Ia juga menitahkan agar para mentri Abbasiyah dieksekusi bersama dengan para ulamanya. Kemudian barang-barang berharga dirampas.
   Saat sang khalifah sudah keluar Baghdad, Hulagu memberi komando agar ibu kota Daulah Islamiyah itu dibakar dan dihancurkan. Dan penduduknya dibantai.
Saat perjalanan baru satu marhalah keluar dari Baghdad, tibalah giliran eksekusi sang khalifah. Setelah ia menyaksikan anak-anaknya dibunuh. Saudari-saudarinya ditawan. Para mentri dan ulamanya dibunuh. Kotanya dijarah dan dihancurkan. Darah-darah rakyatnya dialirkan. Setelah siksaan batin itu, tibalah gilirannya. Hulagu memerintahkan agar raja terakhir Abbasiyah itu dibunuh. Tapi, pejabat-pejabat Mongol tidak ingin sang khalifah mati dengan mudah. Mereka berkata kepada Hulagu, “Kalau darah khalifah umat Islam dikucurkan, mereka akan melakukan aksi balas dendam. Karena itu, kita bunuh dia dengan cara yang tidak mengalirkan darah. Juga tanpa menggunakan pedang.”
Hulagu memerintahkan agar sang khalifah dipukuli dan ditendangi sampai mati. Mereka pun merobohkan khalifah ke tanah dalam keadaan terikat. Lalu dipukuli dan ditendangi hingga ruhnya berpisah dengan jasad.
Dengan pembantaian tersebut, lenyaplah Daulah Abbasiyah yang berpusat di Kota Baghdad. Setelah sebelumnya berkuasa selama 524 tahun. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 Shafar 656 H.
Pelajaran:
Dunia ini fana. Dan segala sesuatu yang ada padanya juga fana. Kebahagiaan, kekuasaan, dan berada di puncak itu tak selamanya. Karena itu, janganlah lupa diri. Demikian juga penderitaan dan ketertindasan juga tak kekal abadi.
Sumber:
- Al-Khudari, Muhammad. 2016. Ad-Daulah al-Abbasiyyah. Terj, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Abbasiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
- https://lite.islamstory.com/قصة-نهاية-آخر-خليفة-عباسي/
https://kisahmuslim.com/6020-akhir-hayat-pilu-khalifah-terakhir-daulah-abbasiyah.html

Selasa, 30 April 2019

Berjanjilah Agar Aku Bisa Bertemu denganmu, di Syurga

       Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, ia berkata, “Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin. Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’. Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya. Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dijodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar.

Si wanita -akhirnya- mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, ‘Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku’.
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, ‘Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, ”Sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabb-ku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar.” (Yunus: 15). Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.’
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertakwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan perasaan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan si pemuda itu seringkali berziarah ke kuburannya, dia menangis dan mendo’akannya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?”
Dia menjawab, “Sebaik-baik cinta -wahai orang yang bertanya- adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat menggiring menuju kebaikan”.
Pemuda itu bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?”
Dia jawab, “Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”
Pemuda itu berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.”
Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah Ta`ala) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.”
Sumber: Kisah-Kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi`in, Orang-orang Dulu dan Sekarang, karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi, penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. (alsofwah.or.id)
Artikel www.KisahMuslim.com




Cat